Sunday, July 9, 2017

[Ketika Kuliner Menjadi Acara Wajib Bagi Keluarga]

" gak mau, aku g mau makan ini ibu, ini gak enak, aku gak suka, pahit yeek,gak enak makananya, aku mauny steak, nugget, roti..( dia terus menyebut daftar menu kesukaany )

Pernahakah bunda mengalami hal demikian saat memberi makan kepada anak?

Mari bunda kita muhasabah diri, ada apakah gerangan anak kecil zaman sekarang sangat susah menikmati hidangan, dari berbagai alasan, terbesit di pikiran saya masalah "budaya kuliner"

Mengapa dengan kuliner, apakah salah? Apakah kuliner itu haram? Jelas jawabny tidak, kuliner itu halal tidak bisa semerta-merta orang mengharamkan hukumny,

Tetapi mari kita bermuhasabah bunda, ketika anggota keluarga menjadikan kuliner agenda wajib, memang ada keluarga yang seperti itu?

Bahaya ketika anggota keluarga mengagap kuliner adalah wajib baginy, dan merasa sangat terdholimi haknya jika satu pekan saja tidak kuliner di luar rumah. Atau merasa ada untaian kebahagiaan yang terputus jika kuliner tidak dijalabkan. Atau seorang ayah yang merasa sangat bersalah hingga perlu minta maaf ketika minggu tidak keluar kuliner.

Permasalahny adalah jika kebiasaan kuliner menjadi sebuah kewajiban, iya kewajiban.maka hal itu jadi sesuatu yang sangat penting bagi keluarga.

Mari kita simak pola makan Nabi teladan kita bersama keluarganya.

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَاتَ يَوْمٍ «يَا عَائِشَةُ، هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ؟» قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا عِنْدَنَا شَيْءٌ قَالَ: «فَإِنِّي صَائِمٌ»

Dari Aisyah Ummul Mu’minin radhiallahu anha berkata: Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkata kepadaku suatu hari,

“Hai Aisyah, apakah kamu punya sesuatu?”

Aisyah menjawab: Ya Rasulullah, kami tidak punya apapun.

Rasul menjawab, “Kalau begitu, aku puasa.” (HR. Muslim)

Ini bukan masalah kemiskinan atau kekurangan. Tapi ini masalah menyederhanakan urusan makan dan minum. Karena ini dilakukan juga oleh para sahabat lain. Sebagaimana yang disampaikan oleh Al Bukhari dalam salah satu judul babnya di dalam Kitabnya Shahih,

وَقَالَتْ أُمَّ الدَّرْدَاءِ: كَانَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُولُ: «عِنْدَكُمْ طَعَامٌ؟» فَإِنْ قُلْنَا: لاَ، قَالَ: «فَإِنِّي صَائِمٌ يَوْمِي هَذَا» وَفَعَلَهُ أَبُو طَلْحَةَ، وَأَبُو هُرَيْرَةَ، وَابْنُ عَبَّاسٍ، وَحُذَيْفَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ

Dan Ummu Darda’ berkata: Abu Darda’ berkata: Apakah kamu mempunyai makanan?

Jika kami jawab: Tidak ada, dia berkata: Kalau begitu aku puasa hari ini.

Hal ini juga dilakukan oleh Abu Thalhah, Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Hudzaifahradhiallahu anhum.
(www.parenting nabawiyah.com)

Begitulah kebiasaany rosullulah dan diikuti oleh keluaraga para sahabat nabi.

Lalu apa hubunganya dengan budaya kuliner?
Ada kekhawatiran kebiasan kuliner yang nyaris dianggap wajib menjadikan pola makan kita begitu rumit, kalo tidak dirumah makan A , tidak mau makan, kalo tidak dirumahkan B suasan makan jadi membosankan.

Silahkan kita menikmati makanan yang lezat di rumah makan A, B dan C. Tapi sudah waktunya kita membuat pola makan di keluarga kita sesederhana pola makan Rasullulah dan keluarganya.

Nikmati masakan yang dimasak di rumah, nikmati kebahagian bersama dirumah dengan hal yang sederhana, bukankah bahagia itu sederhana?

#kabolmenulis15
#days8
#zahrasalmon

(Terinspirasi dari tulisan ustad budi ashari, Lc)

No comments: