Wednesday, March 9, 2011

LANJUTAN

Sejenak. Hanya sejenak. Bukankah jiwa kita butuh sejenak untuk diisi dengan cahaya ilahi. Bukankah pikir kita butuh sejenak untuk diisi dengan kecemerlangan kilauan pemahaman. Bukankah tubuh kita butuh sejenak untuk menghilangkan kepenatan yang melanda.

Sejenak memang merupakan suatu kekuatan sejati yang mampu mengalirkan energi baru bagi perjalanan kehidupan. Tapi sejenak bukan segalannya. Sejenak memberi jawaban, namun pada kenyataannya eksekusinya tidak berada dalam kesejenakan itu. Sejenak adalah bagian penting dalam kehidupan kita. Tapi kesejenakan bukan keseluruhan kehidupan itu sendiri. Kesejenakan hanya sebagian waktu singkat yang diambil untuk menenangkan diri agar mampu menghadapi kehidupan. Kenyataannya, keseluruhan kehidupan kita adalah pergerakan.

Maka berlarilah ! Berlarilah sejauh yang kita bisa. Berlarilah mengejar mimpi. Hidup ini hakikatnya adalah pelarian. Pelarian untuk mengejar mimpi dan cita-cita. Berlarilah yang akan mewujudkan berbagai keinginan. Maka wajar ketika Allah swt, dalam firman-Nya berfirman :

“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri yang mengubahnya.” (Ar-Ra’d:11) Hal ini hanya didapat dari sebuah pelarian.

Berlari dalam hal ini, tidak saja dalam hal mengejar cita-cita, Ia memiliki dua arti. Mari kita lihat para penghianat bangsa dari setiap generasi : mereka yang menjadi antek penjajah; mereka yang menghianati bangsa mereka sendiri dengan menghianati arti kemerdekaan dan rakyat negri ini; mereka yang menjual aset negara dan aset rakyat; mereka yang mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya alam dan sumber daya manusia; mereka yang korupsi; mereka yang memimpin dengan zalim, tiran, dan tidak bermartabat.

Mereka adalah orang-orang yang kalah. Kalah mereka adalah orang-orang yang tidak ingin berlari. Tidak ingin berlari dari kekuasaan yang menggoda, tidak ingin berlari dari harta yang mengikat, tidak ingin berlari untuk menghadapi kenyataan, sehingga mereka kalah oleh kenyataan.

Berkacalah pada para pahlawan kita disemua masa. Tataplah ketegaran Rasulullah saw dan para sahabatnya. Belajarlah dari para salafusaleh dan pejuang muslim terdahulu. Tentang makna kecemerlangan mereka. Kenapa mereka berjaya? Jawabannya adalah karena pelarian. Pelarian dari kezaliman, pelarian dari penghianatan terhadap kebenaran, pelarian dari penghianatan terhadap prinsip dan cita-cita. Mereka adalah orang-orang yang menang. Menang karena mereka berlari. Mereka adalah apa yang Allah swt gambarkan : “…umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (Ali Imran:10)

Berlari adalah simbol. Simbol keberadaan. Jikalau kesejenakan adalah waktu singkat untuk mendapatkan energi kehidupan, maka berlari adalah cara menunjukkan energi itu, mengalirkannya, dan membuktikan keberadaannya. Berlarilah. Berlarilah mengejar kemenangan.

Resume buku “Menuju kemenangan dakwah kampus”, bab 4, karya Ahmad Atian
Sejenak demi sejenak. Begitulah Rasulullah saw mengajarkan kepada kita tentang konsistensi beribadah. Tentang kontinuitas bagaimana menyembah Allah swt.

Sejenak itu menentukan. Menentukan kehidupan setelahnya. Sejenak kesabaran pada kemenangan yang akan digapai. Sejenak penderitaan pada setiap kesuksesan yang hendak diraih. Bahkan ada sejenak duka sebelum kebahagiaan itu ditemui.

Sejenak memang memiliki kekuatan. Amatilah pemain sepak bola yang membutuhkan waktu sejenak untuk memasukkan bola kegawang, atau belajarlah dari atlet lompat jauh, memanah, dsb. Mereka membutuhkan kesejenakan dalam membangun konsentrasi, membentuk kekuatan lalu menyerang untuk kemudian menuntaskan sebuah kemenangan.

Begitupun bagi seorang muslim. Sejenak adalah sebuah momen penting kehidupannya. Sejenak adalah waktu untuk menyusun kekuatan menuju kejayaan. Sejenak juga merupakan waktu mempersiapkan energi untuk membangun peradaban, membangun kehidupan, untuk menuntaskan semuannya dengan baik, benar dan sempurna.

Sejenak mari kita renungkan kehidupan kita tentang apa yang telah terjadi. Mungkin masa lalu telah menipu kita atau kita yang telah menipu masa lalu. Bisa jadi ada duka yang harus segera di selesaikan dan ada hutang yang harus segera dibayarkan.

Sejenak mari kita pikirkan. Tentang apa yang sedang kita lakukan, tentang apa yang sebenarnya terjadi, dan tentang apa yang sebenarnya dihadapi. Bisa jadi kita tertipu dengan segala aktivitas kehidupan yang melelahkan namun tanpa makna, tidak terbekas dan pergi entah kemana.

Sejenak mari kita bayangkan. Tentang cita-cita yang ingin kita gapai, tentang masa depan yang ingin kita ukir, dan tentang hari esok yang ingin kita raih. Karena masa depan butuh perencanaan.

Sejenak mari bertafakurlah. Renungkan apa yang terjadi pada kehidupan kita hari ini. Ada gelak tawa dan canda yang melelahkan dan melenakkan. Ada tangis anak negri yang masih saja terimpit kenistaan. Ada duka kaum terpinggir yang masih merasakan nestapa. Ada yang membutuhkan perubahan. Ada yang mengiginkan pembebasan.

Sejenak berpikirlah. Apa yang bisa kita lakukan untuk kehidupan, agar kehidupan itu tidak sia-sia. Sejenak berbuatlah, apa yang bisa kita buat untuk kemanusiaan, agar kemanusiaan tidak menjadi sampah. Sudah saatnya dunia menunggu kesejenakan kita. Mereka menantikan uluran tangan kita yang mungkin lebih beruntung. Dan semua hanya akan kita sadari dalam kesejenakan.



Hasil Resume Bab 4, buku karya Ahmad Atian.

RESUME KITAB FIQIH DAKWAH

OLEH
FATIMAH AZ-ZAHRA
MAKNA DAKWAH
Secara bahasa
An nida artinya memanggil
Ad-du’a ila syai’I artinya menyeru
Ad-dakwah ila qodhiyah artinya menegaskan atau membelanya
Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia ke suatu aliran atau agama tertentu
Memohon dan meminta,ini yang sering di sebut dengan istilah berdoa


DAKWAH YANG KITA MAKSUDKAN
Membangun masyarakat islam
Dakwah dengan melakukan perbaikan
Memelihara keberlangsungan dakwah
KEWAJIBAN SECARA SYAR’I
Firman Allah “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;merekalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran:104)
Firman Allah “ sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah kami menerangkanya kepada manusia dalam alkitab,maka ia di laknati Allah dan di laknati oleh semua makhluk yang dapat melaknati….(Albaqoroh 159-160)
Firman Allah “mengapa orang-orang alim dan pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka dari mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan itu “ (Al-Maidah: 63)
lanjutan
Firman Allah “hai orang-orang yang beriman,jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi madharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.hanya kepada Allah kamu kembali semuanya,maka dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan “(Al-Maidah; 105)
Firman Allah “ demi masa.sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran

KEUTAMAAN DAKWAH
firman Allah “ siapakah yang lebih baik daripada orang yang menyeru kepada Allah,mengerjakan amal sholeh dan berkata, ‘sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri,” (fushilat:33)
Hadis “ barang siapa menunjukan kepada kebaikan,ia berhak memperoleh pahala sebagaimana pahala orang pahala sebagaimana pahala orang yang melakukannya (HR.Muslim)
KARAKTER DAKWAH KITA
Rabbaniyah,artinya bersumber dari wahyu Allah
Wasathiyah,artinya tengah-tengah atau tawazun (seimbang)
Ijabiyah,artinya positif dalam memandang alam,manusia,dan kehidupan
Waqi’iyah,artinya realistis dalam memperlakukan individu dan masyarakat
Akhlakiyah,artinya sarat dengan nilai kebenaran,baik dalam sarana maupun tujuan


lanjutan
Alamiyah,bersifat mendunia
Syuriyah,berpijak di atas prinsip musyawarah dalam menemukan segala sesuatunya
syumuliah,artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya
jihadiyah,artinya terus memerangi siapa saja yang berani menghalang-halangi islam,dan mencegah tersebarnya dakwah
Salafiyah,artinya menjaga orisinilitas dalam pemahaman dan akidah



KEPADA APA KITA MENYERU MANUSIA?
Mengajak kepada islam yang hanif
Menjadikan islam sebagai pedoman hidup
Menyerahkan segala persoalan yang kecil maupun yang besar hanya kepada Allah


7 TAHAPAN DAKWAH FARDIYAH
Oleh mustofa mansyur
Tahapan Pertama
Yaitu membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi. Dengan menanyakan dan selalu memperhatikan disaat mad’u tidak ada. Demikian seterusnya tanpa berbicara langsung tentang masalah dakwah, agar hatinya lebih terbuka dan siap menerima perkataan yang dapat diambil manfaat.
Tahapan Kedua
Yaitu membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa. Pembicaraan hendaknya tidak langsung diarahkan pada masalah iman, tapi secara tabi’I, seolah-olah tidak disengaja dengan memanfaatkan momen-momen tertentu seperti ketika seperti melihat burung, tumbuhan, serangga atau apa saja ciptaan Allah swt.
Tahapan Ketiga
Yaitu dengan memperbaiki keadaan dirinya dengan mengenal perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada dirinya dengan mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan. Misalnya dengan membekalinya dengan buku-buku sederhana dalam dalam bidang aqidah, ibadah dan akhlak. Mendenganrkan cermah-ceramah, serta memperkenalkan dengan orang-orang sholeh.
Tahapan Keempat
Yaitu menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil (menyeluruh/ komprehensif), dengan syarat niat yang benar dan mencontoh segala perbuatan yang sesuai dengan Rasulullah.
Tahapan Kelima
Yaitu dengan menjelaskan kepada mad’u, bahwa keberadaan kita tidak cukup hanya dengan keislaman diri kita sendiri, hanya sebagai seorang muslim yang taat menjalankn kewajiban ritual, berprilaku baik an tidak menyakiti orang lain. Seorang muslim pemahaman nya harus mendorong kita agar bersedia memikul segala kewajiban dan tanggungjawab sosial, semata-mata karena Allah, supaya masyarakat kita berdiri diatas prinsipo-prinsip islam dalam segala aspek.
Tahapan Keenam
Yaitu penyadaran atas kewajiban tadi tidak mungkin dapat ditunaikan secara individu. .
Tahapan Ketujuh
Yaitu kita jelaskan tentang kesadaran seorang mad’u terhadap kepentingan sebuah jama’ah. Akan timbul dalam jiwanya pertanyaan “ Dengan jama’ah mana ia akan bergabung. Tahapan ini memeng agak rumit sehingga membutuhkan hikmah dan kekuatan argumentasi dan penjelasan yang menyakinkan.
selesai
Allahu a’lam bi sowab